takcukup hanya menjadi orang baik #SebabPerjalananAdalahTeman –92

 

tumblr_nd1u9ilftU1rfp1lho5_r1_1280

adalah abu qais, seorang yang berasal dari bani wakif, sebuah kampung di kota madinah. kepala suku yang cerdas, penyair ulung dan amat disegani oleh pengikutnya. ia penganut ‘agama’ hanifiyah yaitu keyakinan terhadap ‘keaslian kemanusiaan’ yang lurus. ia seorang yang baik, yang sudah merasa cukup menjadi hanifiyun, sehingga menyebabkan ia menolak menjadi nasrani maupun yahudi. akan tetapi ternyata hal itu pula yang membuat ia tak kunjung bisa menerima ajaran islam.

pada masa itu, abu qais dan bani wakif adalah satu-satunya kabilah yang menolak ajaran islam, bahkan ketika mush’ab bin umair telah berhasil mengislamkan penduduk yatsrib hingga tak ada satu rumah pun kecuali di dalamnya terdapat muslim atau muslimah.

tentu bukan karena ia bodoh, sehingga ia menolak ajaran islam, tapi ia sudah merasa cukup menjadi ‘orang baik’ tanpa embel-embel agama di belakangnya. di dalam hatinya masih terdapat rasa bimbang untuk menerima ajaran islam, ditambah lagi hasutan dari dedengkot kaum munafiq abdullah bin ubay bin salul yang terus memengaruhinya agar tidak menerima Islam sebagai sebuah jalan hidup.

waktu terus berlalu, hingga kota mekah pun berhasil ditaklukan Rasulullah SAW.

lalu apa yang terjadi dengan abu qais? ternyata ia masih setia dengan prinsip yang dipegangnya semenjak dahulu, yaitu cukup menjadi hanifiyun. hatinya masih diliputi dengan banyak keraguan, sampai akhirnya ia berjanji akan masuk islam tahun depan.

apa daya Allah berkehendak lain, sebulan kemudian ajal menjemput abu qais tanpa pernah ia duga kapan datangnya. Ia meninggal dalam keadaan kafir, meski selama hidupnya ia meyakini telah banyak berbuat baik.

 

 

perubahan adalah sebuah keniscayaan. apatah lagi berubah demi kebaikan yang nyata, tentu ia harus disegerakan. islam menggariskannya demikian, menyegerakan kebaikan, menyambut perubahan.

tak seperti abu qais yang tetap bertahan dengan keyakinan hanifiyyun-nya, meski hal itu juga berasal dari ajaran ibrahim dahulu, tapi jaman yang berubah tentu menuntut haknya.

tidak cukup hanya menjadi orang baik, tapi diperlukan juga satu pegangan yang kokoh, yang akan menuntun menuju jalan terang benderang serta bisa mengekalkan kebaikannya sesudah ketiadaannya.

hingga waktu yang paling tepat untuk berubah adalah saat ini. tak perlu mendewakan sebuah momentum untuk bersegera menuju kebaikan, sebab waktu takkan bisa kembali, meski kesempatan bisa saja datang dua kali.

sebab ajal adalah hal yang pasti, ia akan datang meski tak pernah dinanti.

 

 

**NtMS

pinus30, 7/3/16