di malam dua satu

di malam dua satu,
nyatanya aku tak tergugu.

hanya sekadar bangun merasakan euforia, ingin turut menghirup udaranya yang menenangkan. ingin membaca-Nya melalui buku kitab bersampul cokelat kesayangan yang sudah mulai lusuh.

tanganku sibuk memencet tombol ini itu, mataku awas berselancar mencari kabar terkini awal hari. jika begini, tin, apa yang bisa kau harapkan jadi syafaatmu nanti?

dan nyatanya mataku tak berkaca,
padahal aku ingin sekali merasai
bertumpuk dosa yang meluluhlantakan angkuh diri. bersimpuh berderai merapal doa yang sama berulangulang. lagi dan lagi.

mendawamkan istighfar dalam hati, menghitungnya sesuai ruas jari. lebih dari tiga puluh tiga kali, lebih dari seribu kali, hingga lupa sudah berapa entah lagi.



namun pada akhirnya aku memang harus mengistighfari istighfarku sendiri.

faghfirliy Rabbi.. 🥲





bdg 12/4
masih di ruang yang sama, 03.01