sepotong hati

sungguh, sebelum segalanya terlambat. bertahan itu lebih utama. sungguh, sebelum sesal itu merambat hingga ubun-ubun dan retak hati tak terekatkan lagi, matimatian menjaga akan membuatmu tenang, nyaman. meski memayah lelah, meski tergopoh langkah, tapi semoga Ia hargai dengan ruah berkah.

sungguh, sepotong hati itu lemah, mudah pecah hingga serepihnya memburai gelisah. sepanjang laku, selama waktu. pun sebenarnya ia bisa menguat lebih keras dari sebongkah batu paling  pun. seberapa mau, pasti mampu. hingga untuk sebuah keterlanjuran, Allah menyediakan ampunan tanpa batas, asalkan bersungguh memintanya. selagi udara masih memenuhi rongga paruparu, memompakan kesadaran tentang sebuah kekeliruan.

soeta 550, 9/11/12